HarianSultra.com, Konawe – Masyarakat Morosi tergabung dalam Himpunan Pemuda Pelajar Mahasiswa Kapoiala menggelar aksi demonstrasi dengan menutup jalan Holing milik PT. Obsidian Stainless Stell (OSS), pada Kamis, (4/7/2024).
Alasannya, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) milik PT. OSS dan PT Virtue Dragon Nickel Industri (VDNI) itu ditenggarai memberikan kontribusi signifikan terhadap polusi udara buruk dengan menggunakan energi kotor Batu bara dalam memasok kebutuhan listriknya yang terletak di kawasan industri Morosi, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.
“PLTU Captive milik perusahaan ini menggunakan energi fosil Batu bara sebagai bahan bakar utama dalampengoperasiannya. Sehingga polusi Batu bara ini dianggap sebagai ancaman terbesar karena merusak sendi-sendi kehidupan masyarakat sekitar khususnya warga Kecamatan Kapoiala. Makanya kami melakukan aksi demonstrasi dengan menutup akses jalan holing milik PT OSS,” tegas Korlap aksi, Madan.
Menurutnya, keberadaan PLTU Captive selain tidak ramah lingkungan, masyarakat di sekitar perusahaan terkena dampak dari berbagai aspek, mulai dari pencemaran lingkungan yang merubah bentang alam di Kabupaten Konawe, dampak ekonomi, kesehatan, dan konflik sosial.
Madan mengungkapkan, Jalan holling milik perusahaan ini melintasi beberapa jalan desa, mengakibatkan jalan tersebut rusak parah. Jika hujan jalanan berlumpur dan saat panas jalanan berdebu.
“Akses jalan holing ini melintasi beberapa Desa yakni Desa Kapoiala Baru, Lalimbue Jaya, Lalonggombuno, dan Desa Muara Sampara. Sehingga kami merasa harus melakukkan aksi penutupan jalan holling ini karena kami menganggap perusahaan mesti melaksanakan hak dan kewajibannya,” tutur Madan.
Dengan dilakukan aksi demonstrasi ini, Madan berharap agar pihak perusahaan segera membeton jalan desa yang sudah di rusaki akibat aktivitas perusahaan.
“Kami juga berharap pihak terkait untuk menghentikan operasi PLTU Captive penggunaan batubara, Segera pulihkan kondisi kerusakan lingkungan yang terjadi di sekitar kawasan industri, dan segera berikan ganti rugi bagi petani, nelayan dan rakyat yang bermukim di sekitar kawasan industri,” harap Madan.
Berdasarkan hasil riset Walhi Sultra, menemukan bahwa mayoritas masyarakat Morosi yang bermata pencaharian sebagai petani tambak sangat di rugikan akibat beroperasinya PLTU Captive.
“Batu bara yang digunakan PLTU Captive milik perusahaan PT OSS dan PT VDNI menimbulkan dampak pada produktivitas tambak ikan dan udang milik warga. Banyak tambak-tambak yang terpaksa berhenti beroperasi,” ungkap Walhi Sultra, Didi.
Didi mengatakan, Berdasarkan hasil wawancara lapangan tim Walhi Sultra bersama masyarakat Morosi, pembakaran Batu bara yang dilakukan tanpa henti, menyisakan abu hitam yang kemudian bercampur dengan udara lalu menyebar ke lahan-lahan pertanian masyarakat. Akibatnya kualitas air tanah menjadi tidak produktif lagi. Karena buangan hasil sisa pembakaran batubara mengandung zat Sulfur Oksida (SO2) yang menyebabkan keracunan pada tanaman tumbuh.
Selain masalah pertanian, lanjut Didi, abu Batu bara juga berkontribusi pada masalah kesehatan masyarakat yakni gangguan pernapasan.
“Dari wawancara tim Walhi Sultra bersama salah seorang petugas kesehatan puskesmas Morosi, bahwa sejak adanya pabrik pengolahan nikel di Morosi, angka penderita Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA,Red) terus mengalami peningkatan,”jelas Didi.(Marwan)