HarianSultra.com, Kendari – Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), Drs H Asrun Lio MHum PhD membuka sekaligus launching buku sejarah dan budaya Buton, di salah satu hotel di Kendari, Rabu, (27/12/2023).
Dalam kegiatan yang diusung oleh Badan Riset Inovasi Daerah Provinsi Sultra itu, Jenderal ASN lingkup Pemprov ini menyampaikan tiga pesan Pj Gubernur Sultra. Pertama, tidak boleh melupakan sejarah sehingga riset-riset tentang kebudayaan perlu digalakkan agar keberlanjutan informasinya tetap sampai dan dimiliki oleh generasi berikutnya.
Kedua, lanjutnya, dalam pembuatan sebuah buku, bisa melalui laporan riset maupun hasil disertasi. Demikian dengan launching buku sejarah dan budaya Buton yang dilakukan saat ini, juga dilakukan melalui hasil kajian ilmiah
“Di dalam buku ini banyak hasil riset yang dilakukan tentang Buton dan bisa menjadi riset berikutnya untuk melakukan pendalaman atau mengkaji sisi yang lainnya,” pesannya.
Asrun Lio melanjutkan, terkait kegiatan riset yang dilakukan bisa menghasilkan dua hal, yakni best practice dan work practice. Artinya, apa yang dilakukan dari hasil penelitian tersebut bersifat baik, seperti pembuatan buku dan nilai positif lainnya dari hasil riset yang dilakukan. Sebaliknya, setiap kegiatan menggunakan anggaran negara, tentu tidak lepas dari pemeriksaan atau audit. Jika ditemukan ketidaksesuaian, maka peneliti wajib melakukan pengembalian.
“Untuk itu diharapkan para peneliti melakukan kerjasama yang baik untuk menghindari terjadinya pengembalian-pengembalian,” pesannya.
Pesan Pj Gubernur yang ketiga, masih dia, penulisan buku ini sebagai salah satu upaya pelestarian budaya Buton. Di Sultra tentu masih terdapat berbagai suku dengan berbagai kekayaan budaya dan sejarahnya. Diantaranya, Tolaki, Moronene, Muna, dan masih banyak lagi. Kesemua ini bisa menjadi objek kajian yg dapat terus bisa digali dan dikembangkan serta menjadi sumber kekayaan daerah di masa mendatang.
“Kami memberikan apresiasi kepada Badan Riset Inovasi Daerah Provinsi Sultra, dimana telah berjuang dalam pembuatan buku ini. Memang awalnya buku ini merupakan keinginan Gubernur sebelumnya yang telah menulis beberapa orang yang ada di wilayah Buton, namun untuk menjadi sebuah buku harus memenuhi sejumlah ketentuan, diantaranya harus memenuhi kriteria sebagai peneliti. Lalu dibawalah ke Brida untuk mencari peneliti dan narasumber. Adanya penyesuaian-penyesuaian tersebut sehingga membutuhkan waktu cukup lama dalam melahirkan buku ini. Namun hal ini tidak masalah untuk mencari hasil terbaik serta tidak menimbulkan masalah dikemudian hari,” terangnya lagi.
Mantan Kadikbud Sultra ini menerangkan, buku tersebut juga bisa menjadi bahan informasi untuk pengembangan sejarah kebudayaan yang ada di Sultra.
“Kebetulan saat ini hadir para dosen peneliti dari kampus agar terus menggali kekayaan sejarah budaya kita. Puluhan tahun kedepan, tambang belum tentu bisa diandalkan lagi karena sumberdayanya bisa habis. Sedangkan kebudayaan, semakin digali semakin kaya dan tidak pernah ada habisnya. Ini merupakan tantangan kita bersama untuk terus menggali kekayaan kebudayaan dan sejarahnya demi menjadi warisan anak cucu,” pesannya. (Red/Wan)