Harian Sultra.com, KENDARI – Menjawab kelangkaan minyak goreng di Indonesia khususnya di Sulawesi Tenggara (Sultra), Pemerintah Daerah harus segera melakukan langkah konkrit dan strategis. Misalnya dengan menggunakan cara tradisional membuat minyak dari santan kelapa.
Hal ini disampaikan Ketua Umum DPD KNPI Provinsi Sultra, Alvin Akawijaya Putra SH, Rabu (16/3). Ia mengatakan, membuat minyak dari santan kelapa merupakan salah satu solusi saat ini. Selain itu, memperkenalkan kembali kearifan lokal yang sudah mulai terlupakan.
Sebagai para pemuda yang terhimpun dalam organisasi kepemudaan, KNPI Sultra memberikan apresiasi positif terhadap langkah-langkah yang dilakukan oleh pemerintah dalam menjawab kelangkaan minyak goreng di Sultra mulai dari melakukan operasi pasar murah hingga sidak secara langsung pada lokasi-lokasi penyediaan minyak goreng.
Hanya saja, menurut anak muda jebolan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta Program S1 Fakultas Hukum Konsentrasi Bisnis Hukum ini, upaya tersebut harus didukung dengan peningkatan kesadaran masyarakat sebagai konsumen, untuk melakukan pengendalian terhadap hukum pasar, yakni mulai dari penghematan penggunaan minyak goreng, tidak panik agar tidak menimbulkan panic buying, serta kembali menggalakan setiap rumah tangga untuk membuat minyak goreng dari santan kelapa yang bahannya cukup berlimpah di bumi anoa ini.
“Kami mengapresiasi upaya dilakukan pemerintah seperti melakukan sidak hingga operasi pasar murah. Tetapi kita lihat fenomenanya, kelangkaan seakan tidak terjawab. Saat setiap operasi pasar murah tergelar, antrian yang padat merayap tak pernah surut. Miris melihat pemberitaan, apalagi sampai ada masyarakat yang pingsan karena menunggu sejak pagi hingga sore. Ini sangat kita sayangkan karena terjadi di daerah penghasil kelapa,” ucap prihatin anak muda yang pernah Magang di Kantor Hukum Kores Tambunan and Partners ini.
Alvin mengakui, sebelum bertemu Gubernur Sultra, KNPI Sultra bersama sejumlah kelompok masyarakat telah melakukan pembuatan minyak goreng dari santan kelapa secara tradisional, dan hasilnya cukup maksimal untuk memenuhi sejumlah rumah tangga. Jika gerakan tersebut dilakukan oleh setiap rumah tangga atau kelompok, maka tidak mustahil kelangkaan minyak goreng di Sultra bisa teratasi sebab masing-masing rumah tangga bisa menjadi produsen untuk kebutuhan dapurnya sendiri.
Apalagi, lanjutnya, pembuatan minyak goreng secara tradisional tersebut merupakan kearifan lokal masyarakat Sultra yang harus dimiliki, dijaga, dan diketahui oleh generasi muda sebagai pelanjut. Sehingga saat menghadapi kondisi tidak terduga, layaknya saat ini, maka masyarakat tidak perlu panik karena alam Sultra telah menyediakan bahan baku cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.
“Hanya saja, gerakan ini membutuhkan peran pemerintah melalui lintas instansinya. Karena saya melihat, dengan kelangkaan minyak goreng maka harga kelapa di pasaran pun menjadi mahal. Ini juga menjadi salah satu pemicu kemalasan masyarakat untuk memproduksi sendiri minyak goreng. Padahal dari gerakan yang telah kami mulai kemarin, yakni dengan mendatangkan buah kelapa dari daerah, maka harga yang dikeluarkan cukup efisien. Dimana dengan Rp 10.000 bisa mendapatkan empat hingga enam biji kelapa,” papar Ketua Yayasan Sultra Raya Dua Ribu Dua Puluh ini.
Direktur PT Maoge Lintas Perkasa ini menambahkan, jika kelangkaan minyak goreng ini tidak disikapi secara bijak, mulai dari pemerintah termasuk masyarakat sebagai konsumen itu sendiri maka bisa menimbulkan dampak negatif, seperti berkurang bahkan hilangnya sektor industri lainnya yang diproduksi menggunakan bahan minyak goreng tersebut.
“Sesaat lagi kita dihadapkan pada bulan suci ramadan, semoga ada solusi terbaik dari masalah kelangkaan minyak goreng ini, agar masyarakat Sultra dapat lebih fokus menyambut bulan suci tersebut dan tidak panik,” harapnya.(Marwan)