HarianSultra.com, Andoolo – Masyarakat Desa Ranowila menggelar kegiatan syukuran dalam rangka memperingati 52 Tahun transmigrasi suku Jawa di Kecamatan Wolasi, Jum’at, (13/12/2024).
Kegiatan ini digelar untuk yang pertama kalinya sejak masyarakat transmigrasi Jawa menginjakkan kaki di Wolasi pada 13 Desember 1972. Kegiatan ini di isi dengan Syukuran pemotongan tumpeng dan pertunjukan seni Kuda lumping.
Arisman, Kepala Desa Ranowila saat membuka kegiatan tersebut menyampaikan,
tujuan dari kegiatan ini untuk memupuk rasa kebersamaan dan kerukunan yang mulai renggang terkikis oleh zaman dan teknologi.
“Kegiatan ini akan menjadi agenda tahunan mengingat antusiasme masyarakat,” terangnya.
Menurut Arisman, transmigrasi pertama di Wolasi berasal dari Ciamis Jawa Barat, seiring berjalannya waktu masyarakat trans Jawa yang bermukim di desa Ranowila telah beranak pinak dan melewati banyak proses adaptasi serta seleksi alam yang cukup panjang.
Ditempat yang sama, salah satu tokoh masyarakat sekaligus ketua panitia pelaksana kegiatan Ahmad Warjo menyampaikan, bahwa kgiatan ini merupakan ajang refleksi bagi masyarakat, dan mengingatkan kembali tentang semangat menjaga kerukunan dan meningkatkan taraf hidup sesuai dengan tujuan awal para tetua perintis trans jawa di daerah ini.
Sementara itu, salah satu perintis masyarakat Jawa di Wolasi mengatakan, selain antusiasme masyarakat kegiatan ini juga sukses mengundang haru bagi masyarakat, dikarenakan cerita perjalanan dan awal kehidupan perintis transmigrasi yang datang di daerah ini.
“Rombongan kami pada saat itu tiba subuh di pelabuhan Kendari dan sampai Wolasi Sore. Kami tiba di hutan dengan rumah ukuran 4×6 dinding jelajah atap rumbia. Jatah makan dari pemerintah hanya diawal jadi kami harus segera berpikir untuk memanfaatkan alam untuk bertahan hidup” jelas Rakim salah satu perintis masyarakat Jawa di Wolasi.
Salah satu tetua transmigrasi di Wolasi Mat Karta mengatakan, dari 50 keluarga perintis trans di Wolasi kini tersisa 8 orang. Olehnya, Ia berpesan agar warga transmigrasi harus tetap menjaga silaturahmi antar warga transmigrasi maupun warga lokal.
“Kita harus tetap menjaga kerukunan antar sesama warga transmigran. Yang tidak kalah pentingnya tetap menjaga Komunikasi yang harmonis dengan Pribumi khususnya suku tolaki di daerah ini,”tutupnya Mat Karta usai
memotong tumpeng sebagai cendramata dan wujud bakti kepada tetua. (Akbar/Wan)