HarianSultra.com, Andoolo – Sejumlah Lembaga Ormas tergabung dalam Serikat Lembaga Anti Korupsi dan Ikatan Pemuda Pelajar Mahasiswa Indonesia Konawe Selatan Makassar (IPPMI Konsel-Makassar) geruduk Kantor Kejaksaan Negeri (Kejari) Konsel pada Rabu, (11/12/2024).
Kedatangan sejumlah Ormas dan Mahasiswa Konsel yang menimbah ilmu di Kota Daeng ini dalam rangka mempertanyakan penanganan kasus dugaan korupsi dana hibah KONI yang menyeret anak Bupati Surunuddin Dangga yakni Adi Jaya Putra atau AJP selaku ketua KONI Konsel.
“Kami minta Kejaksaan Negeri Konawe Selatan untuk segera menindaklanjuti kasus dugaan penyalagunaan dana hibah KONI Konsel yang menyeret nama anak bupati Konawe Selatan AJP. Bentuk tindak lanjut yang dimaksud adalah menekan proses hukum sesuai tugas dan fungsi kejaksaan sebagai komponen APH di Konawe Selatan,” kata Dewan Senior IPPMI Konsel Makassar, Akbar Setiawan S Sos M Sos kepada Jurnalis Media ini.
Aksi Demo yang berlangsung di depan Kantor Kejari Konsel mendapat respon positif dari Kajari Konsel melalui Kepala Seksi Pidsus, Dedi membuat pernyataan sikap bakal menindaklanjuti kasus dimaksud.
Usai menggelar aksi di Kantor Kejari Konsel, Akbar Setiawan selaku perwakilan IPPMI Konsel Makassar bersama Serikat Lembaga Anti Korupsi melanjutkan aksi demonstrasi di Kantor Bupati Konsel guna mempertanyakan pengelolaan dana hibah KONI Konsel yang diduga di Korupsi dan meminta klarifikasi Bupati Konsel terkait adanya lelang Pradipa atau lelang dini triwulan pertama yang diduga telah digadaikan ke kontraktor untuk kepentingan Pilkada.
Setiba di Kantor Bupati dan berniat menyuarakan aspirasi secara langsung kepada Bupati Konsel, Akbar Setiawan dan kawan – kawan malah mendapat penghadangan dari Satpol PP dengan dalih Bupati dan Sekda tidak berada di ruang kerjanya.
Namun, alasan itu tidak mengurungkan niat untuk masuk di Kantor Bupati. Ratusan massa yang dikomandoi oleh Akbar Setiawan terus memaksa masuk dan meminta agar diberikan jalan.
“Jika bapak ibu hadir untuk rakyat kecil, seharusnya bapak ibu membuka ruang untuk bagaimana kami masuk, terserah kami mau bikin apa, ini tanah kelahiran kami,” teriak Akbar Setiawan.
“Kami datang kesini bukan untuk menemui bapak ibu sekalian, kami datang dan untuk pertama kalinya suara dari gunung Wolasi hadir. Artinya ada hal yang sedang tidak baik- baik saja terkait pengelolaan dana KONI yang ada di Konawe Selatan,” sambungnya.
Pada kesempatan itu, Akbar Setiawan meminta Bupati Konsel untuk hadir dan kemudian menemui massa aksi guna menyahuti tuntutan.
“Hadirkan Bupati. Kami hadir disini bukan untuk berlama-lama, tapi hadir disini untuk bagaimana menyampaikan apa yang menjadi penyakit kotor para pejabat secara khusus putra mahkota Kabupaten Konawe Selatan,” katanya Akbar.
Merasa tuntutan tak direspon, sejumlah massa kembali berteriak dan terus memaksa masuk. Meski memakan waktu yang cukup lama, menguras tenaga, serta melalui perdebatan panjang, massa aksi berhasil masuk di Kantor Bupati dan langsung menuju ruang kerja Bupati dan Sekda Konsel untuk bertemu secara langsung.
Mirisnya, Bupati dan Sekda Konsel tidak berada diruang kerjanya dan diduga sengaja menghindari massa aksi.
“Dengan tidak adanya Bupati dan Sekda Konawe Selatan ditempat ini maka itu menjadi contoh bahwa semua pejabat hampir diseluruh Indonesia ini jika ada massa aksi yang bertandang di kantornya mereka dengan sengaja meninggalkan kantor. Betul tidak?,” teriak Akbar kepada ratusan massa aksi.
Imbas dari tuntutan tak direspon, massa aksi melakukan penyegelan ruang kerja Bupati dan Sekda Konsel dengan mengikat dan mengecat pintu bertuliskan “Segel”. (Marwan)